Rabu, 21 Agustus 2013

Autumn Blossom #2 END

Sudah lima menit berlalu sejak pertama kali Hinata memasuki ruangan ini, dan Hiashi masih belum mengatakan apapun padanya. Ini adalah hal yang aneh mengingat ayahnya bukan tipe orang yang suka bertele-tele, bahkan cenderung to the point.
Hinata masih bertanya-tanya tentang alasan mengapa ia dipanggil ke ruangan khusus milik ayahnya ini, dalam beberapa detik ia kembali berusaha mengingat kesalahan-kesalahan apa saja yang telah Ia perbuat.
Jangan salahkan gadis itu jika ia berpikir negatif tanpa bukti seperti ini, selama ini ia memang tidak pernah dipanggil ke ruangan itu selain karena ia telah melakukan kesalahan yang dianggap memalukan bagi klan.
"Ehm." Suara Hiashi sedikit mengejutkan putri Hyuuga tersebut, gadis itu lalu kembali mendongakkan wajahnya menatap wajah sang ayah.
"Langsung saja, kemarin ayah dipanggil oleh Hokage-sama untuk membicarakan masalah permintaan Uchiha Sasuke."
Hinata sedikit mengangkat alisnya saat mendengar nama seorang pemuda yang sudah mulai mengisi hatinya secara perlahan itu.
"Bukan hanya Uchiha, ini juga termasuk permintaan resmi Hokage selaku wakil Konoha."
"La-langsung saja, Tou-san." Hinata berujar tegas saat Hiashi tak kunjung mengatakan pokok permasalahan yang sebenarnya.
"Mereka memintamu untuk menikah dengan Uchiha Sasuke," ujar Hiashi tegas, namun tak urung matanya memandang sayu ke arah putri sulungnya tersebut.
Hinata tentu terkejut dengan permintaan itu, berbagai macam perasaan berkecamuk dalam dirinya. Senang? Entahlah, yang jelas ia sama sekali tidak merasa sedih.
"Ka-kapan pernikahan itu akan dilangsungkan?"
Hiashi membelalakkan matanya saat mendengar respon putrinya tersebut, tidakkah ia ingin menolak? Hiashi sadar bahwa selama ini ia selalu memaksakan kehendaknya pada Hinata, jadi wajar saja jika Hinata beranggapan bahwa ia telah menyetujui permintaan itu sebelum menanyakannya langsung pada Hinata. Meski begitu? Tidakkah terbersit daam pikiran anaknya itu untuk menolak apa yang dikatakannya?
"Kau tidak ingin menolak?"
"A-apa aku bisa menolak?" oke, jawaban Hinata kali ini benar-benar membuat hatinya miris.
"Ini hidupmu, Hinata. Kau berhak memilih," ujar Hiashi tegas, ia tidak tahu bahwa perkataannya itu telah menimbulkan secercah harapan pada Hinata. Harapan bahwa ayahnya masih menyayangi dan peduli padanya.
"A-aku menyetujuinya, Tou-san," jawab Hinata pada akhirnya, gadis itu sadar bahwa ia tidak punya alasan untuk menolak permintaan itu. Bagaimanapun juga, cintanya pada Naruto telah kandas, dan ia berhak memiliki cinta yang baru.
"Bagaimana dengan hak warismu? Kau akan menyerahkan begitu saja pada Hanabi?" Hiashi kembali bertanya dengan nada serius.
"A-aku tidak tahu ka-kalau aku masih memiliki hak waris sebagai pemimpin klan," walaupun dengan nada gugup, Hinata masih sempat tersenyum hambar saat menjawab pertanyaan tersebut.
"Berhentilah berkata seolah kami benar-benar membuangmu, Hinata!" Hiashi menatap Hinata dengan pandangan nanar, ia sama sekali tidak menyangka bahwa putrinya akan mengatakan hal yang membuat hatinya semakin miris itu.
Sedang Hinata? Gadis itu kini kembali menunduk dalam diam, apa ia melakukan kesalahan? Seingatnya semua anggota klan ini memang memandang remeh dirinya, terutama ayahnya. Setahunya, tidak pernah sekalipun ayahnya mengatakan bahwa ialah pewaris Hyuuga, ayahnya lebih senang membanggakan adiknya dan mengatakan bahwa Hanabi lah yang akan memimpin klan Hyuuga kelak.
"Kau tetap putriku, hak waris tetap berada di tanganmu dan aku sama sekali tidak akan memberikannya kepada orang lain tanpa persetujuanmu." Kali ini nada suara Hiashi sudah kembali normal, ia lalu menatap sendu ke arah putrinya yang kini masih tertunduk.
Hiashi kini benar-benar menyesal akan perlakuan pilih kasihnya kepada Hinata dulu. Hinata adalah Kunoichi yang kuat dan mengagumkan, hanya saja sifat lemah lembutnya menjadikan kelemahan tersendiri baginya, gadis itu tidak tega menyakiti orang lain.
"To-tousan bisa me-menyerahkan posisi itu pada Hanabi-chan atau Neji-nii," jawab Hinata kemudian, membuat Hiashi kembali menghela nafas mendengarnya.
"Kau sungguh-sungguh akan melepaskannya?" tanya Hiashi sekali lagi.
"Y-ya."
Dan percakapan di ruangan itu pun telah usai, tanpa mengatakan apapun lagi, Hinata segera beranjak keluar dari ruangan itu meninggalkan ayahnya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan menyesal.
Hyuuga Hiashi mengusap wajahnya pelan, kembali ia teringat akan sosok istrinya yang telah meninggalkannya beberapa tahun silam menghadap sang pencipta.
'Tak kusangka ia akan benar-benar menjadi seperti dirimu, istriku. Maafkan aku.'
.
.
Standard Warning Applied
Disclaimer : Om Masashi Ø_Ø
Rated : T
Pairing : SasuHina
Genre : Romance
This Fiction originally had been posted at Fanfiction.net
.
.
Autumn Blossom
Tap tap tap.
Hinata berjalan dalam diam melewati lorong rumah sakit, wajah manisnya terlihat memerah setiap kali seseorang menyapanya dengan tatapan menggoda. Uhk, padahal baru semalam ayahnya memberitahunya mengenai perjodohannya dengan Sasuke, tapi berita itu sudah menyebar rata keesokan paginya.
Hinata bukanlah gadis yang kuat dalam menerima berbagai godaan, ia yakin sebentar lagi akan pingsan jika terus mendapat tatapan seperti ini. Bayangkan saja, seluruh penghuni rumah sakit bahkan telah memanggilnya dengan sebutan 'nyonya Uchiha'!
Beruntung Sasuke sudah diperbolehkan pulang hari ini, sehingga ia tidak perlu lagi ke tempat ini besok. Hhh, rasanya Hinata ingin cepat-cepat memulangkan Sasuke sekarang juga, ia sudah tidak tahan berada di tempat ini.
"Hinata-san."
Sebuah suara yang dikenal Hinata memanggil namanya pelan, tak urung gadis manis ini pun menolehkan wajahnya dan menyapa balik pemilik suara tersebut.
"Sakura-san, O-ohayou" Hinata tersenyum lega saat tidak mendapati Naruto di sebelah Sakura.
"Ohayou," Sakura menjawab sapaan Hinata dengan sedikit canggung.
"A-ada perlu denganku, Sa-sakura-san?" tanya Hinata, jika memang hanya sekedar menyapa, maka ia harus sesegera mungkin meninggalkan tempat itu menuju kamar Sasuke.
"Ng… sebenarnya tidak ada. Tapi, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Hinata dapat melihat raut keingintahuan yang terpancar jelas di wajah Sakura.
"Y-ya."
"Kau… apa benar kau akan menikah dengan Sa-sasuke?" Hinata sadar suara Sakura sedikit tercekat saat menyebut nama Sasuke.
Hinata terdiam beberapa saat lalu mengangguk pelan.
"I-itu permintaan langsung dari Hokage."
'Dan dari Sasuke sendiri,' Hinata menambahkan dalam hati.
"Kau menyetujuinya?" Sakura bertanya seraya memandang ragu sosok Hinata.
"Y-ya."
"Ka-kau mencintainya?"
DEG.
Lagi-lagi Hinata terdiam beberapa saat setelah mendengar pertanyaan Sakura.
"Ke-kenapa kau menanyakan hal itu?" tanya Hinata balik dan ini sukses membuat Sakura terdiam beberapa detik.
"Ti-tidak apa-apa, hanya saja… bukankah kau mencintai Naruto?" tanya Sakura hati-hati, ia tentu tidak ingin menyakiti hati Kunoichi di depannya itu.
Hinata tersenyum hambar seraya menatap miris Sakura, untuk apa wanita itu menyinggung soal perasaannya pada Naruto? Bukankah ia sendiri tahu bahwa semua rasa cintanya pada Naruto telah berakhir? Lebih tepatnya terpaksa berakhir.
"A-aku sudah menghapus perasaan itu, Sa-sakura-san. Ku-kurasa bukan hal yang baik jika kita mencintai seseorang yang sudah terikat."
JLEB.
Entah mengapa kalimat Hinata begitu menusuk bagi Sakura, meski gadis pink itu tahu bahwa Hinata sama sekali tidak bermaksud demikian.
"A-aku harus pergi sekarang, Sa-sasuke menungguku. Jaa," Hinata lalu beranjak meninggalkan Sakura yang kini masih termangu dengan kalimatnya.
-Autumn Blossom-

Cklek.
"Ohayou," sapa Hinata pelan saat ia baru saja membuka pintu kamar Sasuke, mata lavendernya bergerak liar mencari sosok Sasuke dan mendapati pemuda itu kini berdiri membelakanginya menghadap jendela.
"Hn."
"Aaa, ka-kau akan pulang hari ini. Ba-bagaimana perasaanmu?"
"Hn." Mata Hinata sedikit menyipit saat tidak mendapat tanggapan sama sekali dari Sasuke, ada apa dengan pria itu?
Perlahan, Hinata berjalan mendekat ke arah Sasuke dan berdiri di sebelah pria itu. Hinata tersenyum lembut pada Sasuke saat mata mereka tidak sengaja bertemu, lavendernya jelas menangkap raut kegelisahan di onyx kelam tersebut.
"Kau sudah tahu bukan?" suara Sasuke tampak serak seolah-olah yang ditanyakannya adalah sesuatu yang buruk. Tidak perlu penjelasan, Hinata tahu apa yang di maksud oleh Sasuke.
"Y-ya, Tou-san sudah memberitahuku semalam," jawab Hinata tenang.
"Apa jawabanmu?" kali ini Sasuke membalikkan tubuhnya sehingga berhadapan langsung dengan tubuh Hinata.
"A-aku menyetujuinya."
Hinata tertunduk malu saat mengucapkan kalimatnya yang terakhir sehingga gadis itu tidak sempat menangkap seulas senyum yang terpatri di wajah tampan Sasuke. Tanpa seizin Hinata terlebih dahulu, Sasuke menarik tubuh gadis itu ke pangkuannya setelah sebelumnya ia mendudukkan dirinya di atas ranjang.
"Hokage-sama memberiku jaminan untuk membantuku membangkitkan klan Uchiha dengan syarat aku mau kembali ke Konoha," jelas Sasuke tiba-tiba, kedua tangan pria itu merangkul pinggul Hinata erat sedang wajah tampannya sedikit mengadah untuk melihat wajah manis Hinata yang sedikit lebih tinggi darinya.
"Saat itu yang terpikir olehku hanya kau."
"Eh?" wajah Hinata sontak memerah mendengar kalimat Sasuke tersebut, rasanya begitu memalukan serta membahagiakan mengingat kalimat itu diucapkan oleh seorang Uchiha Sasuke.
"Mungkin sedikit licik, tapi aku benar-benar menginginkanmu meski harus memaksa dan mengatas namakan permintaan Hokage," Sasuke sedikit menyeringai saat melihat wajah Hinata yang semakin memerah.
"A-apa karena a-aku anggota klan Hyuuga maka kau memilihku?" Hinata tentu tidak bodoh, ia mengetahui dengan jelas mengenai sejarah Sharingan dan Byakugan yang berasal dari keturunan yang sama.
"Justru karena kau 'Hinata' maka aku memilihmu, meski kau berasal dari klan lainnya."
Hinata tidak tahu seperti apa perasaannya saat ini, yang jelas gadis bermata lavender itu tidak bisa berhenti tersenyum saat mendengar kalimat Sasuke tersebut. Ia tidak pernah menyangka bahwa orang sedingin Sasuke bisa mengucapkan hal seperti ini, yah, bagaimanapun juga Sasuke tetaplah manusia, dan ia mempunyai perasaan.
"Apa kau terpaksa menerimaku?" pertanyaan Sasuke tak urung membuat Hinata sedikit terkejut, namun sedetik kemudian gadis itu tersenyum lembut seraya memejamkan kedua matanya.
"Ti-tidak, wa-walau masih sedikit, ta-tapi aku tahu perasaanku. A-aku mencintaimu."
Blush.
Entah semerah apa wajah Hinata sekarang, rasanya ia ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Ini jauh lebih memalukan dibanding saat ia menyatakan perasaannya pada Naruto dulu, meski begitu, perasaan yang ditimbulkan pun jauh lebih nyaman.
Sasuke memeluk Hinata erat, bibir merahnya sedikit melengkung membentuk seulas senyuman, masih ada satu rahasia yang tidak diungkapkannya pada gadis itu. Siapa yang tahu? Bahwa ia selalu menunda kepulangannya ke Konoha hingga ia mendengar kabar bahwa Sakura dan Naruto telah menjalin hubungan.
Saat cinta Hinata tidak terbalaskan, saat itulah ia akan kembali ke Konoha. Dengan memanfaatkan janji Tsunade padanya, Sasuke bertekad akan mendapat Hyuuga Hinata sebagai miliknya apapun caranya.
-Autumn Blossom-
Sudah seminggu sejak kepulangan Sasuke dari rumah sakit, dan tatapan menggoda dari warga Konoha pada Hinata sama sekali tidak berubah, terlebih dengan adanya kabar bahwa pernikahan mereka akan dilangsungkan secepatnya.
Sejak saat itu, Hinata selalu saja mendapatkan misi bersama Sasuke. Gadis Hyuuga itu hendak protes tentu saja, bagaimanapun juga ia telah mempunyai timnya sendiri. Tetapi apa daya, bahkan Kiba dan Shino sendiri mengatakan bahwa mereka tidak terlalu membutuhkan bantuan Hinata, dan berdalih bahwa Sasuke lebih membutuhkannya karena untuk saat ini bungsu Uchiha itu tidak memiliki anggota kelompok –berhubung posisinya di tim tujuh telah tergantikan oleh Sai.
Saat senggang pun begitu, Hinata lebih sering menghabiskan waktunya dengan menemani Sasuke latihan. Tidak dapat disangkal bahwa ia begitu terpesona oleh kekuatan Sasuke, jurus-jurus milik pemuda berambut raven itu merupakan jurus tingkat tinggi yang jarang dilihatnya –bahkan tidak pernah.
Ia yang dulunya sering menghabiskan waktu dengan mengintip Naruto latihan kini berganti dengan menemani Sasuke latihan, sesekali ia hanya menatap Sasuke sedang berlatih seorang diri, sesekali pula ia menjadi teman latihan Sasuke dan bisa ditebak ia tidak pernah menang dari pemuda itu.
Semua berjalan seperti biasa, meski begitu Hinata tetap bisa menangkap keganjalan yang terjadi. Ia mungkin tidak pernah bertemu Naruto karena pemuda itu sedang ada misi di Suna, tetapi Sakura? Hinata sadar betul, bahwa Kunoichi berambut pink itu tengah menjauhinya.
Awalnya Hinata berpikir bahwa alasan Sakura menjauhinya karena gadis itu tahu bagaimana perasaannya pada Naruto, tentu saja Sakura yang sekarang ini sedang menjalin hubungan dengan Naruto pasti merasa bersalah padanya.
Tetapi kemudian Hinata merasa ragu akan alasan itu semenjak kedekatannya dengan Sasuke, ia bahkan mulai berpikir bahwa Sakura menjauhinya karena gadis itu masih mencintai Sasuke dan merasa sakit akan hubungannya dengan Sasuke. Entahlah…
-Autumn Blossom-

Srek.
DEG.
"Siapa?"
Hinata baru saja kembali dari misi bersama Sasuke dan sedang duduk istirahat bersandar di pohon saat gadis itu mendengar suara mencurigakan dari belakangnya, ia masih sangat lelah sehingga responnya sangat jelek sekarang ini.
Dalam hati, Hinata berdoa bahwa suara aneh itu berasal dari hewan-hewan yang berkeliaran di sekitar hutan itu. Gadis itu sedikit takut mengingat kondisi tubuhnya yang masih lemah dan Sasuke yang tidak berada di sisinya –pemuda itu tengah menghadap di kantor Hokage.
"Yo, Hinata-chan!"
"Na-naruto-kun?"
Great! Walau tidak membahayakan, tetap saja kedatangan pria itu tidak membuat Hinata merasa jauh lebih baik. Terlebih saat pemuda itu malah mengambil posisi dengan duduk di sebelahnya, sungguh Hinata jadi ingin segera meninggalkan tempat ini.
"Kau sedang apa di tempat ini?" tanya Naruto seraya memandang Hinata dengan mata biru laut miliknya.
"A-aku baru saja menyelesaikan misi dan i-istirahat di tempat ini," jawab Hinata, tentu saja dengan wajah yang menunduk.
"Dengan Sasuke?" entah mengapa Hinata merasa ada keganjalan dalam nada suara Naruto.
"Y-ya."
Cukup lama bagi keduanya terdiam sampai salah satunya kembali memulai pembicaraan.
"Kau, benar-benar akan menikah dengan Sasuke?"
"Y-ya."
"Kau mencintainya?"
Ck, kenapa baik Sakura maupun Naruto bertanya hal yang sama padanya?
"…"
Hinata tidak menjawab pertanyaan Naruto, hal yang salah karena sikapnya itu justru membuat Naruto semakin memandangnya tajam.
"Jika aku memilihmu sekarang, apa kau mau meninggalkan Sasuke dan hidup bersamaku?"
"Eh?" Hinata tersentak kaget saat mendengar penuturan pemuda blonde tersebut, dipandangnya mata biru laut itu tajam dan ia dapat dengan jelas melihat ada luka di sana.
"Ka-kau melakukannya untuk Sakura-san, bukan?"
Kali ini Naruto lah yang tersentak kaget mendengar jawaban Hinata.
"Sa-sampai kapan kau mau menyakitiku? Ka-kau tidak mencintaiku ta-tapi mengajakku hidup bersama. A-aku bukan boneka, Naruto."
Ya, memang benar. Naruto memang melakukan semua ini untuk Sakura.
"Kau benar. Sakura masih mencintai Sasuke, dan aku tidak tega melihatnya menderita," Ujar Naruto lesu.
"Tapi kau tega mengorbankan kebahagiaanku," seperti bukan Hinata saja, nada bicaranya terdengar begitu sinis dan menusuk.
"Tidak! Bukan itu maksudku, percayalah. Bukan tanpa dasar aku mengajakmu hidup denganku, aku mencintaimu."
Untuk kedua kalinya mata Hinata membelalak kaget karena ucapan Naruto. Apa yang pemuda itu pikirkan?
"Ka-kau mencintai Sakura-san."
"Tapi aku juga mencintaimu."
"Ti-tidak sebesar rasa ci-cintamu pada Sakura-san."
"Rasa itu bisa membesar seiring dengan kebersamaan dan berjalannya waktu," kali ini Naruto menatap Hinata sendu.
Hinata menatap Naruto sejenak lalu membuang muka ke arah berlawanan.
"A-aku a-akan tetap menikah dengan Sa-sasuke-kun," ujar Hinata mantap.
"Kau tidak mencintainya."
"A-aku mencintainya, me-meski tidak sebesar rasa cintaku padamu, ta-tapi rasa itu bisa membesar seiring dengan kebersamaan dan berjalannya waktu."
DEG.
Naruto sama sekali tidak menyangka bahwa Hinata akan mengatakan kalimat yang sama dengannya, dan kalimat itu sukses menusuknya.
"Ku-kumohon, berhentilah bersikap egois, Na-naruto." Dan dengan kalimatnya yang terakhir itu, Hinata pun beranjak meninggalkan Naruto sendiri di hutan tersebut.
Naruto menatap kepergian Hinata sendu, ya dia memang egois. Dia pikir dia bisa membahagiakan Sakura dengan cara menikahi Hinata sehingga Sakura bisa bersama Sasuke, tapi ia salah. Ia sama sekali tidak memikirkan perasaan Hinata, padahal di sisi lain ia pun tahu bagaimana perasaan Sasuke pada Hinata.
Aaa, Hinata pasti membencinya.
-Autumn Blossom-
"Sasuke-kun."
"Hn?" Sasuke memandang datar pada sosok Kunoichi yang kini berjalan ke arahnya, Sakura. Pemuda raven itu baru saja melaporkan keberhasilan misinya pada Hokage saat ia bertemu wanita itu.
"Bisa bicara sebentar?"
"Hn," keduanya pun beranjak menuju tempat yang lumayan sepi sehingga mereka bisa berbicara lebih leluasa.
"Apa benar, kau yang meminta Hinata untuk menikah denganmu?" Sakura bertanya dengan nada yang terdengar begitu sedih dan terluka.
"Hn." Walau jawabannya rancu, Sakura tetap mengerti arti kata tersebut.
Grep.
"Kenapa? Kenapa bukan aku? Kenapa kau tidak memilihku dan malah memilihnya? Apa karena aku bukan keturunan Hyuuga?" Sakura memeluk Sasuke erat seraya mengeluarkan seluruh isi hatinya, air mata bening kini mengucur perlahan dari kedua emeraldnya.
"Kau sudah punya Naruto," Sasuke memang tidak berusaha melepaskan pelukan wanita itu, tapi jelas pemuda itu merasa risih dengan posisi mereka saat ini.
"Naruto pasti mengerti, dia pasti mengerti. Naruto tahu kalau aku mencintaimu, dia pasti mengizinkan hubungan kita. Kumohon…"
"Berhentilah menyakiti Naruto, Sakura."
Sakura mengadahkan wajahnya memandang wajah Sasuke, pria itu berbicara dengan nada dingin dan tajam menandakan bahwa ia tidak senang dengan ucapan wanita yang tengah memeluknya tersebut.
"A-aku ti-"
"Kau tidak hanya menyakiti Naruto, tetapi juga Hinata," potong Sasuke masih dengan suaranya yang dingin. Sakura sadar bahwa ia sudah hampir memancing emosi Sasuke saat ini, tetapi apa daya, ia butuh mengeluarkan semua isi hatinya selama ini.
"Kenapa kau memilihnya? Karena dia Hyuuga? Atau karena kau kasihan padanya?" tanya Sakura tiba-tiba, wanita itu melepaskan pelukannya dan memandang Sasuke nanar.
"Aku mencintainya."
Sakura memandang Sasuke tidak percaya, cinta? Sasuke mencintai Hinata? Benarkah? Ia sama sekali tidak menyangka bahwa pemuda yang terobsesi akan balas dendam itu bisa mencintai seorang wanita.
"Sejak kapan?" oke, Sakura mulai berpikir bahwa Sasuke mencintai Hinata sejak kepulangan pria itu ke Konoha. Singkat, dan bisa dipastikan rasa cinta itu masih belum seberapa. Entah dari mana, tapi Sakura merasa bahwa Sasuke pasti memiliki perasaan padanya meski sekilas.
"Sejak di Akademi," jawab Sasuke tenang, tak urung membuat Sakura kembali terkejut.
"Se-selama itu?" ujar Sakura yang lebih menyerupai gumaman. Selama itu kah Sasuke mencintai Hinata?
"I-itukah alasanmu tidak pernah memandangku? Bukan dia yang menahanmu malam itu, Sasuke. Bukan dia yang menunggumu selama bertahun-tahun! Kenapa kau tetap memilihnya?" air mata kembali mengucur deras dari kedua emerald Sakura, membuat gadis itu semakin terisak.
"Aku pernah berniat membunuhmu berkali-kali dan berniat menghancurkan Konoha, lalu kenapa kau masih mencintaiku?" tanya Sasuke balik.
"Jawabanku sama denganmu, Sakura." sambung Sasuke kemudian.
Karena cinta tidak bisa dipaksakan, Sakura tahu itu. Meski Sasuke telah menyakitinya berkali-kali, Sakura tetap mencintainya bahkan tanpa diminta sekalipun. Begitu pun dengan Sasuke, meski Hinata hanya melihat Naruto, namun pria raven itu tidak bisa berhenti untuk mencintainya.
"Aku mengerti, maafkan aku." Ujar Sakura akhirnya, dia tidak bodoh, dari matanya saja Sakura bisa tahu bahwa Sasuke begitu menginginkan Hinata, sama seperti dirinya yang begitu menginginkan pemuda itu.
"Bo-bolehkah aku memelukmu sekali lagi? Sebagai seorang sa-sahabat," pinta Sakura, suaranya begitu tercekat saat mengucapkan kata 'sahabat'.
"Hn," Sasuke mengangguk pelan menyetujui, bagaimanapun juga ia paham perasaan Sakura. Keduanya sama-sama menanti cinta dari seseorang yang tidak pernah melihatnya.
Sakura memeluk tubuh Sasuke erat, menghirup dalam-dalam aroma pemuda yang dicintainya dan yang akan dilupakannya tersebut. Ia tidak bisa lebih egois dari ini, Sasuke benar, ia tidak boleh menyakiti Naruto lagi.
Sasuke terdiam beberapa detik sebelum akhirnya membalas pelukan Sakura, bagaimanapun juga, Sakura adalah sahabatnya dan orang yang paling menginginkan kepulangannya. Pelukan itu berlangsung cukup lama hingga…
"Sa-sasuke-kun?"
-Autumn Blossom-

Seminggu berlalu sejak Hinata melihatnya berpelukan dengan Sakura, semenjak itu pulalah Sasuke tidak pernah lagi bertemu Hinata. Ia frustasi tentu saja, merutuki dirinya yang tidak bisa berlari lebih cepat mengejar gadis itu.
Lavendernya jelas menampakkan kekecewaan yang dalam, Sasuke bahkan yakin bahwa Hinata tidak pernah terluka seperti itu sebelumnya. Gadis itu salah paham, dan ia harus segera menjelaskannya.
Sayangnya Hinata sama sekali tidak memberinya kesempatan, dan untuk pertama kalinya Sasuke merutuki Byakugan milik Hinata yang dapat mendeteksi kehadirannya sehingga gadis itu bisa berkelit darinya.
Sasuke akui bahwa Hinata begitu pintar menghindar, gadis itu bahkan menyadari cakra miliknya meski ia sudah menyembunyikannya. Satu-satunya cara yang terpikir oleh Sasuke saat ini ialah dengan menjebak gadis itu. Ya, menjebak. Mungkin terdengar sedikit menyeramkan, tapi hanya dengan cara itulah Sasuke bisa membuat Hinata mau tidak mau bertemu dengannya.
Kaakk… kaaak… kaaak.
Hinata mengalihkan pandangannya dari langit musim gugur yang mulai memerah ke arah burung gagak yang baru saja melintas di atasnya, gagak hitam nan misterius itu kini tengah bertengger di ranting pohon yang sama dengan pohon yang digunakan Hinata untuk bersandar.
Hinata tak urung merasa aneh saat gagak itu menatapnya tajam seolah ingin menyampaikan sesuatu, rasa penasaran lalu melandanya saat ia merasa pernah melihat gagak yang sama beberapa tahun silam.
"Hinata!"
"Te-tenten-san?" Hinata mengalihkan pandangannya dari sang gagak dan menoleh ke pemilik suara yang memanggil namanya, namun saat ia kembali mendongak, gagak itu telah hilang entah kemana.
"A-ada apa, Tenten-san?" Hinata bertanya ramah dengan seulas senyum di wajahnya.
"Mmm, itu… ada yang ingin kubicarakan denganmu. Bolehkah?" tanya Tenten, rasanya gadis itu menjadi lebih sopan dari sebelumnya.
"Bo-boleh, si-silahkan," ujar Hinata mempersilahkan.
"Tapi tidak di sini, bisa kah kita ke taman Konoha?" tanya Tenten lagi. Taman Konoha? Sebenarnya kurang pantas disebut taman, karena tempat itu hanyalah sebuah lahan kosong yang memiliki beberapa pohon yang mengelilinginya.
"Bo-boleh." Dan keduanya pun melesat pergi menuju tempat yang dimaksud.

-Autumn Blossom-

"A-ada apa, Tenten-san?" Hinata sedikit takut saat Tenten menatapnya begitu tajam, keduanya telah sampai di taman Konoha, dan saat itu juga Tenten langsung menggenggam tangannya dan menatapnya tajam.
"Kau terjebak, Hinata."
DEG.
Saat itu juga Hinata merasa sekelilingnya berputar cepat, menyisakan rasa pusing yang menderanya dalam sekejap. Semuanya terasa gelap, hingga perlahan-lahan sekelebat cahaya kembali memenuhi penglihatannya.
Hal yang pertama dilihatnya bukanlah Tenten yang tadi menatapnya tajam, bukan. Sosok itu tetap menggenggam tangannya erat dan menatapnya tajam, hanya saja sosok itu bukanlah Kunoichi bercepol dua yang tadi ditemuinya. Dia, Uchiha Sasuke.
"Di-dimana ini?" Hinata bertanya dengan nada keheranan saat mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang cukup terbilang mewah, bukan taman Konoha seperti yang diingatnya.
"Kamarku," Sasuke menjawab datar tanpa melepas pandangannya dari wajah Hinata.
"Ke-kenapa aku bisa ada di tempat ini?"
"Kau terjebak genjutsu milikku."
Oh, damn! Hinata ingat sekarang. Gagak itu, gagak yang sama yang sering digunakan oleh Uchiha Itachi. Sasuke memilliki mata Itachi, jadi wajar saja jika keduanya mempunyai jurus yang serupa.
"A-apa maumu membawaku kemari?" tanya Hinata sedikit takut, jujur saja, wajah Sasuke begitu menyeramkan saat ini.
"Kau salah paham, kami hanya berteman," sudah menjadi ciri khas klan Uchiha untuk berbicara langsung ke pokok permasalahan. Hinata tentu tahu siapa yang dimaksud 'kami' dalam kalimat tersebut, tentu saja Sasuke dan Sakura.
"Percayalah," sambung Sasuke saat melihat sinar keraguan di mata Hinata.
Hinata lantas terdiam, menundukkan wajah cantiknya sedalam mungkin. Ia bahagia tentu saja, bahagia saat mendengar kalimat Sasuke yang mengatakan bahwa pria itu tidak ada hubungan apapun dengan Sakura.
Tapi Hinata takut untuk mempercayainya, ia ragu pada hatinya sendiri. Luka yang ditimbulkan oleh Naruto membuatnya trauma untuk mudah mempercayai perkataan seseorang. Trauma?
Ya, trauma. Hinata masih ingat bagaimana dulu Naruto mengatakan bahwa ia dan Sakura tidak memiliki hubungan apapun kecuali sebagai sahabat. Meski Naruto menyukai Sakura, tetapi ia akan merelakan gadis itu untuk Sasuke dan akan berusaha menerima kehadiran gadis lain.
Hinata tidak habis pikir mengapa Naruto mengucapkan kalimat itu tepat di hadapannya dulu, padahal Naruto tahu persis bagaimana perasaan Hinata padanya. Pada akhirnya, Naruto tetap saja tidak memandangnya dan terus berusaha mendapatkan perhatian Sakura. Pembohong!
"A-aku ta-takut, Sasuke," masih dengan wajah yang terus menunduk, Hinata berusaha menyuarakan isi hatinya.
Sasuke mengangkat dagu Hinata perlahan, memaksa gadis itu untuk menatap onyx miliknya.
"Aku hanya menginginkanmu."
"…"
CUP.
Lavender Hinata terbelalak kaget saat bibir Sasuke mengecup bibir mungilnya lembut, segera saja gadis itu kembali menunduk demi menyembunyikan wajahnya yang kian memerah.
Hinata tidak tahu, bahwa pemuda di hadapannya juga merasakan hal yang sama dengannya, hanya saja ia lebih pandai menyembunyikan ekspresinya di balik topeng dinginnya. Ini pertama kalinya bagi Sasuke mencium seorang perempuan, pemuda itu bersyukur karena Hinata lah yang menjadi pertama baginya, ia tidak menyangka bahwa hanya dengan mencium gadis itu sekilas sudah membuatnya sebahagia ini, terlebih saat melihat wajah Hinata yang memerah karena malu itu.
"Gomen," meski yang terucap adalah kata maaf, namun sebenarnya Sasuke sama sekali tidak menyesal melakukan hal itu.
"Ti-tidak masalah," yah tidak masalah, karena Hinata juga menikmatinya.
Sasuke lantas membawa tubuh mungil Hinata ke dalam pelukannya, sungguh ia benar-benar ingin memiliki gadis dalam dekapannya itu. Senyum tipis di wajahnya lantas mengembang saat Hinata membalas pelukannya. Tidak perlu kata-kata untuk mengungkapkan, Sasuke tahu bahwa Hinata telah memaafkannya, gadis itu mempercayainya.
Sebuah kecupan singkat tentu tidak akan pernah memuaskan siapapun, terlebih jika kau sudah ingin melakukan hal itu sedari dulu. Sasuke tahu bahwa ia masih ingin merasakan Hinata lebih jauh, dan ia juga sadar bahwa Hinata merasakan hal yang sama dengannya saat melihat sorot mata wanita itu.
Daun momiji yang berguguran seolah menjadi saksi di balik jendela saat kedua insan tersebut kembali mendekatkan wajah mereka, menikmati kecupan hangat dari bibir masing-masing.
Siapa sangka, kini kecupan-kecupan hangat itu berubah menjadi lumatan-lumatan penuh gairah. Tidak ada yang menyangkal bahwa keduanya menginginkan lebih, dan tubuh keduanya pun kini berada tepat di atas pembaringan yang berada di ruangan itu. Baik Sasuke maupun Hinata sama sekali tidak menyangka, bahwa malam ini adalah milik keduanya.

-Autumn Blossom-

Hinata terbangun sesaat setelah sinar matahari menyinari bumi, gadis itu terbiasa bangun pagi apapun yang terjadi. Pagi hari di musim gugur tidak jauh berbeda dengan sore hari, udaranya mampu membuat siapa saja merapatkan selimut tebal di tubuh mereka.
Dan saat itulah Hinata tersadar akan keadaannya saat ini, wajah manisnya lantas memerah saat mengingat kembali apa yang dilakukannya dengan Sasuke semalam. Di pagi hari di musim gugurnya kali ini, seorang Hinata Hyuuga terbangun di kamar Sasuke Uchiha tanpa mengenakan busana apapun.
"Kau sudah bangun?"
Suara serak Sasuke membuyarkan lamunan Hinata, segera saja wanita itu menatap ke arah Sasuke dan memberikan seulas senyum kepada pemuda itu.
"Tidurlah, kau masih kelelahan," Sasuke menarik tubuh Hinata ke pelukannya, membuat kehangatan kembali menjalari tubuh keduanya.
Hinata tidak tahu seberapa merah wajahnya saat ini, terlebih saat mendengar kalimat terakhir Sasuke tersebut. Ya, dia memang masih merasa lelah karena semalam, tetapi entah mengapa rasa lelah itu sama sekali tidak mengganggunya.
Wanita Hyuuga itu sadar bahwa ia telah melanggar prinsipnya sendiri, prinsip untuk tidak melakukan hubungan intim sebelum ia menikah. Meski teman-teman lainnya mengatakan bahwa prinsipnya itu sudah ketinggalan jaman, tetap saja ia merasa perlu untuk menjalankannya, dan sekarang ia melanggarnya.
"Kau menyesal?" pertanyaan Sasuke membuat Hinata bertanya-tanya, apakah pria itu bisa membaca pikirannya?
"Ki-kita akan segera menikah," itu bukan jawaban, tetapi kalimat yang lebih kepada untuk meyakinkan dirinya sendiri, dan Hinata sadar akan hal itu.
Sasuke tidak keberatan dengan jawaban Hinata tersebut, ia tahu bahwa wanita itu sendiri ragu apakah ia menyesal atau tidak tentang apa yang baru saja mereka lakukan semalam. Pria Uchiha itu lantas mendekap tubuh mungil Hinata lebih erat lagi, berusaha mengungkapkan tanpa kata-kata bahwa ia begitu bahagia.
"Sa-sasuke," Hinata memanggil nama Sasuke pelan seraya sedikit mendongak untuk menatap wajah pria itu.
"Hn?"
"A-aku ingin menikah di akhir musim gugur ini."
Sasuke mengangguk pelan tanda menyetujui permintaan Hinata, tidak ada senyum yang terpatri di wajah pria itu, tetapi raut kebahagiaan jelas terpancar dari wajahnya. Lebih cepat lebih baik bukan?
-Autumn Blossom-
Masih ada dua hari sampai pernikahan Sasuke dan Hinata dilaksanakan, dan itu terasa sangat lama bagi Sasuke. Pemuda itu bahkan sudah sering memimpikan bagaimana Hinata nantinya akan melahirkan keturunan-keturunan Uchiha untuknya, rasanya begitu bahagia.
Seluruh warga Konoha ikut menantikan pernikahan itu, pernikahan yang terbilang langka mengingat kedua mempelai berasal dari klan terhormat.
Beberapa hari sebelum pernikahan, Sakura datang bersama Naruto menemui Hinata, meminta maaf dan memberikan senyuman tulus nan bersahabat kepada calon nyonya Uchiha tersebut.
Tepat sehari sebelum musim gugur berakhir, pernikahan antar kedua klan terhormat di Konoha itu pun terlaksanakan. Daun momiji yang berguguran seolah menjadi karpet merah kekuningan yang mengantarkan sang mempelai menuju kuil tempat pernikahan berlangsung.
Diiringi dengan hembusan angin yang menyejukkan, serta dedaunan momiji yang berputar-putar di udara, Sasuke dan Hinata dengan lancer melakukan sebuah ritual yang mengikat mereka berdua. Sebuah ritual yang mengubah marga Hinata berubah menjadi Uchiha, sebuah ritual yang menyatakan bahwa Hinata kini milik Sasuke seutuhnya.
Hinata tersenyum bahagia saat mendapati dirinya kini resmi menjadi istri Sasuke, wanita berambut indigo itu tampak memejamkan kedua mata lavendernya menikmati ucapan selamat dari warga Konoha padanya. Pada akhirnya, ia sama sekali tidak bisa mendengar apapun selain suara suaminya yang berbisik mesra tepat di telinga kanannya.
"Aishiteru, Uchiha Hinata."
.
.
.
~END~

10 komentar:

  1. wah gak cocok sama sekali sama logikaku...
    sasuke dan hinata????? what a weird couple!

    BalasHapus
  2. baguuusss bangeetttt sukaaaa. makasii banget yaa buat story nya 😭😭 cinta mati sama pasangan ini. sasuhina forever laaaa 😘😘

    BalasHapus
  3. sasuke gak pernah cocok sama hinata yang cocok tu sama sakura

    BalasHapus
  4. Gue lbih suka couple ni dibanding sasusaku ,, love 4ever buat SasuHina!! Pokoknya the best :* :*

    BalasHapus
  5. Pendukung sasuhinaπŸ˜™πŸ˜™πŸ˜™

    BalasHapus
  6. Udah berapa tahun dan bolak balik baca,gak pernah bosan

    BalasHapus
  7. Author San....kenapa aku d ffn yg dlu dihapus? Padahal bagus" ceritanya. Aku suka banget ff buatan Aori Yuu...my angel wife blum tamat...lalu ff one shoot berjudul flower on the desk itu selalu aku baca berkali-kali saking sukanya. Tapi skrg udah gak bisa baca lagi karna dah gak ada. Tolong kembali menulis lagi, atau post ulang ff yg dlu pernah dibuat supaya kami penggemar mu bisa membacanya lagi.

    BalasHapus